Kobar - Kalteng, faktakriminal.com
Bermula sejak cekcok mulut di lapangan antara Ormas Betang Mandau Talawang (BMT) dengan pihak Perusahaan Besar Swasta (PBS) PT. Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi (GSIP), yang notabene sebagai salah satu anak perusahaan dari ASTRA group di kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) pada pertengahan Juni lalu yang berujung terjadinya tindakan premanisme oleh beberapa oknum tidak dikenal yang diduga tenaga pengamanan bayaran berasal dari TNI-AU.
Dari sumber yang dihimpun, pengakuan ini sempat terucap secara langsung oleh oknum dimaksud saat kisruh di TKP. "saat itu mereka sendiri yang memborgol itu mengaku bang, katanya mereka dari Kopasgat, mereka bawa senjata." celetuk salah satu saksi pelapor ini (11/7) kemarin.
Ketua Umum Ormas BMT, Kristianto D. Tunjang, sewaktu dipintai keterangannya mengatakan, "Saat itu kami diperlakukan secara tidak manusiawi, saya sendiri sempat dicekik, tangan saya diborgol, bahkan oknum itu menembakan Senpi di samping telinga saya, yang moncongnya mengarah ke atas." Tandas Ketum BMT ini.
Kuasa Hukum dari Ormas BMT, Marden A. Nyaring, SH, MH, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melaporkan dugaan penganiayaan dan tindakan kesewenang-wenangan terhadap kliennya ini sudah dilaporkan ke Polres Kobar melalui SPKT Polres Kobar pada 17 Juni 2025 lalu, dan kini statusnya ke Penyidikan oleh Reserse.
Ditambahkan Marden, "kami berharap penyidik Satreskrim Polres Kobar serius menindaklanjuti laporan kami. Klien kami menjadi korban kekerasan saat menegur aktivitas pemanenan yang dilakukan di luar HGU PT. GSIP itu, karena lahan tersebut masih bermasalah." Ujar Advokat ini (11/72025) kemarin di halaman Mapolres Kobar.
Mengutip beberapa pemberitaan terdahulu serta viral di beberapa Medsos, yang berisikan pengakuan Ketua BMT yang sapaan Deden ini, tentu menuai tanggaban dari beberapa kalangan tokoh Ormas Dayak dan Aktivis Lokal serta pemuka Adat Dayak di Kalteng.
Salah satu Aktivis yang dikenal malang melintang sebagai LSM dan sekarang dipercaya sebagai Ketua Ormas Fordayak Kotim, Audy Valent, turut angkat bicara. "Saya merasa miris, saat mendengar warga kami orang Dayak diperlakukan dengan tidak manusiawi, apalagi itu adalah Ketua Umum salah satu Ormas, tentu itu hal yang tidak sepatutnya dilakukan oleh PBS." Ucap Audy via WhatsApp (12/7) siang tadi.
Masih menurut Audy, "saya juga baca dari beberapa media yang beberapa hari ini menyoroti hal itu, ini sudah jadi pertanyaan publik, berkaitan dengan pihak Astra group yang diduga mempekerjakan Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) AU ini apakah memang diperuntukkan untuk melatih para Satpam atau tujuannya mau mengintimidasi masyarakat? Harapan saya dugaan saya ini salah, sebab, perbuatan semacam itu sudah melanggar Adat." Tegas Audy.
Saat kejadian itu, Ketum BMT mengaku masih teringat jelas kejadiannya, "HP kami dirampas, data dihapus, dan disuruh duduk di tanah dalam keadaan diborgol, sambil diintimidasi dan dicap sebagai preman. Hal itulah yang saya tidak terima, soalnya merampas hp saya, itu saya rasa sudah menyentuh ranah privasi orang lain." Kenang pria yang sering dipanggil Deden ini lagi, Jum'at (11/7) sore.
(yud).
Social Header